FATHUL QORIB

TERJEMAH FATHUL QORIB

DOWNLOAD TERJEMAH FATHUL QORIB

Gratis terjemah fathul qorib lengkap.

kitab fathul qorib
terjemah fathul qorib

“Man YuridiLlâhu bihi khairan yufaqqihhu fiddîn (Barang siapa Allah menghendaki kebaikan baginya, maka Allah akan memberinya pemahaman dalam urusan agama)” (HR al-Bukhari dan Muslim). Para santri mungkin sudah tidak asing lagi dengan hadits di atas. Meskipun mereka tidak membacanya secara langsung dalam kitab Shahîhain, hadits tersebut pasti ditemukan di awal kitab Matan al-Ghayah wa at-Taqrîb karya al-Qâdhi Abu Syuja', yang mereka pelajari sehari-hari di pesantren. Buku ini mengulas dasar-dasar hukum Islam atau yang sering disebut fiqh. Ilmu fikih tentunya dapat ditemukan dalam setiap kurikulum lembaga pendidikan Islam, baik pesantren di Indonesia maupun lembaga lainnya di seluruh dunia.

MANFAAT MEMPELAJARI ILMU FIQIH

YHal itu dikarenakan ilmu fikih merupakan ilmu yang sangat penting. Ini menyangkut perilaku atau tindakan setiap orang yang telah memikul tanggung jawab hukum (mukallaf). Maka tidak salah jika ilmu fikih, dalam kitab Ta'lim Muta'allim disebut sebagai 'pemimpin yang paling baik', terutama ilmu, tameng yang melindungi dari marabahaya, dan juga orang-orang yang ahli ilmu fikih adalah lebih baik dari orang yang ahli dalam ibadah. ilmu penuntun yang paling utama menuju kebaikan dan ketakwaan, dan semakin kuat tujuannya. Ilmu fiqih adalah tanda yang menunjukkan jalan petunjuk, ibarat tameng yang menyelamatkan dari marabahaya. Sesungguhnya seorang ahli fikih yang wira`I (hati-hati), lebih ditakuti setan daripada seribu ahli ibadah (tapi bodoh)” (Syekh Burhanuddin al-Zarnuji, Ta'lîm al-Muta'allim fî Tharîq at-Ta' allum, Beirut: Dar Ibnu Katsîr, cetakan ke-3, 2014, hlm.34) Kitab ini disusun oleh Syekh Ahmad bin Husain bin Ahmad Al-Asfihâni atau dikenal dengan al-Qâdhi Abu Syuja' (433-593 H).

NAMA KITAB TAQRIB


Dalam beberapa manuskrip, kitab ini disebut "Matan Taqrîb", dan dalam beberapa nas lainnya disebut "Ghâyatul Ikhtishâr", karena itu Syekh Ibnu Qâsim al-Ghâzi memberikan dua nama untuk kitab syarah Taqrîb yang ditulisnya: Fathul Qarîb al-Mujîb fî Syarh Alfâdz at-Taqrîb and Al-Qawl al-Mukhtâr fî Syarh Ghâyah al-Ikhtishâr (Sheikh Ibn Qâsim al-Ghâzi, Fathul Qarîb, Beirut: Dar Ibn Hazm, 2005, p. 19) Sesuai namanya, Buku ini disusun dengan sangat ringkas, bahasanya tidak terlalu sulit, tidak banyak mengandung perbedaan pendapat.

LATAR BELAKANG PENYUSUNAN KITAB FATHUL QORIB

Latar belakang disusunnya kitab ini adalah permintaan dari beberapa sahabat al-Qâdhi Abu Syuja, agar beliau berkenan menyusun kitab fiqih mazhab Imam Syafii yang ringkas, mudah dihafal, dan mudah dicerna dengan pembahasan yang sistematis, terutama bagi mahasiswa pemula. Kemudian dia mengabulkan permintaan itu dan mengarang Matan Taqrîb. Penulis buku ini berdoa semoga Allah subhanahu wata'ala membalasnya dengan pahala, dan memberinya taufik kepada kebenaran, karena sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas apa yang Dia kehendaki dan Maha Lembut dan Maha Mengetahui hamba-hamba-Nya (al- Qâdhi Abu Syujâ', Matan al-Ghâyah wa at-Taqrîb, Beirut: Dar el-Masyâri', 1996, hlm. 5).

USIA DAN SYARAH KITAB FATHUL QORIB

Matan Taqrîb berusia ratusan tahun. Meski begitu, hingga saat ini masih ada, tidak hanya dipelajari oleh para santri tetapi juga diberikan syarah (penjelasan isi kitab) oleh banyak ulama. Kemudian dari syarah tersebut, ulama lain memberikan hasyiah (penjelasan syarah), bahkan sebagian ulama lainnya menjadikannya nadham atau uraian dalam bentuk puisi. Di antara ayat Matan Taqrîb adalah Fathul Qarîb al-Mujîb karya Ibn Al-Qasim al-Ghâzi, Kifâyatul Akhyâr fî Halli Ghâyatu al-Ikhtishâr karya al-Hishni, an-Nihâyah fî Syarh Al-Ghâyah karya Muhammad Waliyuddin Al-Bashiri, al-Iqnâ ' fî Halli Alfadzi Abî Syujâ' karya Al-Khâtib As-Syrbini. Selain dalam bentuk syariah, ada juga di kalangan ulama yang memberikan penegasan atas dasar dalil Matan Taqrîb, seperti yang dilakukan Dr. Mushtafa Dieb Al-Bugha. Ia menulis buku berjudul "at-Tahdîb fî Adillati Matni Ghâyah at-Taqrîb" yang isinya adalah dalil-dalil dari pembahasan dalam Matan Taqrîb. Beberapa ayat Matan Taqrîb yang diberi hasyiah atau komentar penjelasan para ulama antara lain, Hâsyiah al-Barmâwi 'ala Syarh Ibn Qâsim karya al-Barmâwi, Hâsyiah Al-Baijuri 'ala Syarh Ibn Qâsim al-Ghâzi karya Syekh Ibrahim al-Baijuri, Qûtul Habib Al-Gharîb Tawsyîh 'ala Fathil Qarîb al-Mujîb karya Syekh Nawawi Al-Bantani. Juga sebagian ulama membuatnya dalam bentuk nadhom, salah satunya karya Syekh Syarafuddin al-'Imrîthy, Nihâyah at-Tadhrib fî Nadhmi Ghâyah at-Taqrîb. Dengan ketenaran dan keuntungan yang banyak lintas golongan; cendekiawan dan mahasiswa, buku ini menerima banyak pujian. Ada syair yang memuji kitab Mendekati ilmu dan jadilah pribadi pemberani, dengan pergudangan kitab Taqrîb karya al-Imam Abu Syujâ'” (Syekh Ibnu Qâsim al-Ghâzi, Fathul Qarîb, hal. 6). Selain ayat di atas, al-Khathîb asy-Syirbîni menyatakan dalam mukadimahnya, “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah mengetahui kesungguhan niat Syekh Abu Syuja ketika menyusun buku ini, karena keikhlasannya menyebarluaskan manfaat buku ini, sehingga sangat sedikit di antara para penuntut ilmu yang akan membaca kitab ini terlebih dahulu, baik dengan cara menghafal maupun rmembacanya” (Syekh Ibn Qâsim al-Ghâzi, Fathul Qarîb, hal. 6).

ISI KITAB

Matan Taqrîb berisi 17 pembahasan (buku) yang berisi bab. Secara berurutan kitab ini diawali dengan pembukaan dari al-Qâdhi Abu Syujâ', kemudian ada isi pembahasannya yaitu: Kitab ath-Thaharah membahas tentang tata cara bersuci. Ada 6 hal yang fardhu dalam berwudhu, yaitu: Niat saat membasuh muka Mencuci muka Membasuh kedua tangan sampai siku Mengusap sebagian kepala Membasuh kedua kaki sampai mata kaki Dilakukan dengan tertib dari nomor 1 ke 5 Setelah pembahasan tentang ath-Tahârah beserta pasal-pasalnya, selanjutnya pembahasan tentang shalat, zakat, puasa, haji, jual beli, waris dan wasiat, perkawinan, tindak pidana, had atau sanksi, jihad, berburu binatang dan menyembelih mereka, kompetisi dan memanah, sumpah dan sumpah, dan yang terakhir adalah diskusi tentang membebaskan budak. Semua pembahasan di atas terbagi menjadi banyak bab seperti halnya bab ath-thaharah di atas. Karena Matan Taqrîb sangat ringkas, mungkin ada sebagian dari kita yang menganggap pendapat dalam kitab ini rajih atau kuat dalam mazhab Syafi'i. Padahal, ada beberapa pendapat yang lemah. Lemahnya pendapat ini bisa kita ketahui dengan mengeceknya langsung di kitab-kitab syarah atau hasyiah. Misalnya, dalam bab yang membahas tentang istinja', al-Qâdhi Abu Syuja' mengatakan dalam Matan Taqrîb: "Jangan menghadap matahari dan bulan, dan jangan membelakangi mereka" (al- Qâdhi Abu Syujâ', Matan al-Ghâyah wa at-Taqrîb, hal 7). Pendapat di atas menekankan kekafiran menghadap matahari dan bulan, atau membelakangi mereka. Namun, Syekh Ibrahim al-Baijuri menyebutkan dalam hasyiahnya: قوله (ولا يستدبرهما) ضعيف، فالمعتمد عدم كراهة الاستدبار “Pendapat al-Qâdhi Abu Syujâ' ('…dan adalah makruh untuk membelakangi matahari dan bulan. .') lemah, maka yang kamu lakukan' tamad/kekuatan adalah ketidakjujuran dengan membelakangi” (Syekh Ibrâhim al-Baijûri, Hâsyiah al-Baijuri 'ala Syarh Ibn Qâsim al-Ghâzi, Beirut: Dar el-Kutub al- 'Ilmiyah, cetakan kedua, 1999, juz 1, hal.125 ). Selain permasalahan di atas, masih ada beberapa pendapat dhaif dalam Matan Taqrîb yang dapat dilihat jika melihat kitab-kitab Syarah Matan Taqrîb dan hasyiahnya. Meski demikian buku tipis ini sangat diberkati. Meskipun banyak kitab fikih yang pembahasannya tidak jauh berbeda dengan kitab ini, namun Matan Taqrîb tidak bergeser keberadaannya di kalangan santri hingga saat ini.